Menyalakan api unggun menjadi tugas mudah karena kayu bakarnya sudah membara. Kami menumpuknya, menambah beberapa kayu kecil, dan hei presto.
Kami fokus membersihkan kelincinya dan mengorganisir bagaimana memasaknya. Aku merasakan tatapan dendam kearah kami, namun tidak yakin bagaimana harus meresponnya. Tidak ada keraguan di pikiranku bahwa masalah ini belum selesai. Di satu titik kami akan dipaksa membayar atas ledakan kami tadi, namun untuk saat ini aku bermaksud untuk makan malam dan merencanakan kegiatan esok hari.
Cukup pantas disebutkan bahwa selagi keributan kecil kami berlangsung, Kelompok Keren benar-benar tak menghiraukan kami. Maksudku bukan mereka melihat diam-diam, maksudku kurasa mereka bahkan tidak tahu. Apapun yang mereka bicarakan pasti jauh lebih penting dan menarik daripada apa yang kami orang udik lakukan. Lanjutkan membaca “How to Avoid Death on a Daily Basis – Chapter 23: Dan Kemudian Ada Tiga”
Anda harus log masuk untuk menerbitkan komentar.